catatan yg lahir dari lubuk hati terdalam, ketika hanya dengan menulis menjadi teman dikala duka.....

Cerpenku: PEREMPUAN di anjungan PANTAI LOSARI

Oleh : Fitri

Sudah beberapa pekan ini setiap minggu sore ku melihat Perempuan paruh baya itu duduk sendiri termenung di anjungan pantai losari ini. Sambil memandang jauh ke hamparan pesisir pantai di tengah perkotaan makassar. Hari ini merupakan pekan ke empat perempuan berkerudung itu selalu ada di anjungan losari dengan posisi dan pandangan yang sama. Pada awalnya aku tidak ada niat untuk mengurusi siapapun pengunjung di pantai indah ini, namun kali ini perempuan itu menarik perhatianku, membuatku bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan perempuan itu. Setiap kali ingin menyapa selalu saja tidak jadi ku lakukan, karena aku khawatir akan mengganggunya. Namun kali ini aku memberanikan diri untuk sekedar menyapa ataupun berkenalan dengannya.

“Assalamu alaikum...maaf mba mengganggu, boleh saya duduk disini?”kataku seketika mengalihkan pandangannya ke arahku. Perempuan itu hanya tersenyum dan mengiyakan apa yang ku katakan. Kami terdiam sesaat.
“Mba senang kesini ya, beberapa pekan ini tiap minggu sore saya melihat mba selalu berada disini sendiri, gak ngajak keluarganya mba jalan-jalan kesini?”tanyaku dengan antusias, mencoba mencairkan suasana yang beku karena kebungkaman.
Namun perempuan itu hanya diam saja, dengan pandangan selalu memandangi hamparan laut yang luas dari kejauhan.

“Kamu pernah merasakan bagaimana rasanya menunggu?” tanya perempuan itu seketika mengalihkan pandanganku kearahnya.

“iya, saya pernah bahkan seringkali merasakan menunggu, nunggu teman di toko buku ataupun nunggu nilai pelajaranku keluar, ”

“Kalo boleh tau ada apa mba menanyakan hal itu?” lanjutku.

“Kamu pernah gak merasakan menunggu sesuatu yang gak pasti?menunggu seseorang yang belum tentu akan datang menghampiri kita, menunggu dengan kehampaan tanpa kepastian?” tanya perempuan itu lagi, kali dengan nada suara yang begitu dingin yang membuatku sangat bingung mencerna apa yang ia tanyakan.

“Yaa..kenapa mesti menunggu sesuatu yang emang gak pasti?kenapa mesti menunggu yang gak pantas untuk ditunggu, sedangkan kita tahu yang ditunggu itu tidak akan pernah datang. Semua itu sia-sia aja mba, yang ada kita akan merasakan kekecewaan aja” kataku dengan spontan mengeluarkan kata-kata itu.

“Kalo menurut saya sih, menunggu boleh aja...cuman sebaiknya kita mengisinya dengan aktifitas yang berguna, di setiap hari-hari penantian kita melewati dengan kegiatan dan kesibukan kita, sehingga kita gak akan merasakan kehampaan sampai yang dinanti itu akan segera datang” kataku, ku menoleh kearah perempuan itu. Sekilas ku lihat matanya sembab, ia menangis tanpa isak tangis. Namun, matanya masih memandang ke laut pesisir pantai, sejauh mata memandang tampak kapal laut yang tampak kecil dilihat dari kejauhan.

“aduuhh...maaf ya mba, kalo perkatan saya ini membuat mba tersinggung, sama sekali saya gak ada maksud untuk membuat mba tersinggung dan sedih, maaf ya mba..”kataku dengan nada memohon minta maaf.

“Gak kok, apa yang kamu katakan ada benarnya” kata perempuan itu, menoleh kearahku sambil tersenyum seketika. Kami pun terdiam sesaat lagi.

“oiya sampai lupa ngenalin diri, saya zahra mba...nama mba siapa?” tanyaku, sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

“Daniar...panggil aja niar..mba niar” jawabnya singkat.

Adzan maghrib menggema terdengar dari kejauhan tempatku duduk bersama mba niar.
“Maaf ya mba saya mo pamit pulang dulu dah mahgrib”

“iya...makasih ya zah...telah menemani mba” katanya, kali ini dengan raut wajah yang tampak ceria, namun tetap hampa terasa.

“iya..sama-sama mba, balik duluan ya mba niar...assalamu alaikum”

Mba Niar membalas salamku. Aku pun melangkah meninggalkan mba niar yang masih duduk ditempatnya, belum jauh ku meninggalkan tenpat duduk kami, suara mba niar terdengar memanggilku. Aku menoleh kearahnya, dan mba niar berjalan menghampiriku.

“Zah....maaf ya sebelumnya, mba boleh minta gak nomer hp kamu?mba pengen ada teman ngobrol” pinta mba niar.

“Iya mba ada..boleh kok mba” kami pun saling menukar nomor hp.
Setelah selesai sholat maghrib, aku ke warnet. Berselancar di dunia cyber browsing, chat, dan ngedownload. Ketik asyik browsing, hpku berbunyi pertanda sms masuk. Ku lihat dari layar monitor hpku, sms dari mba niar,

“Aslm za, maaf ya kalo mba mengganggu...mba ingin ucapkan terima kasih lagi zahra dah menemani mba tadi. Boleh gak besok sore mba ketemu ma zahra lagi?”
“Wslm, iya..sama2 mba, besok ya mba...hmmm..saya gak bisa janji, tapi nanti saya usahakan. besok siang saya hubungin mba lagi ya” sms ku kirim.
Tak lama kemudian mba niar membalas smsku...
“Mba harap zahra ada waktu, kalo zahra bisa mba tunggu di tempat biasa ya, sore jam 4. maaf kalo mba merepotkan”
“Insya Allah ya mba...” sms ku kirim lagi.

***
Esok siangnya, aku sms mba niar memberitahukan lewat sms kalau aku bisa datang menemuinya sore ini. Mba niar membalas smsku, “Makasih ya zah....mba tunggu”

Sore hari tiba, dari tempat kerja aku langsung menuju pantai losari. Selang 20 menit kemudian aku tiba di anjungan pantai losari. Dari kejauhan aku lihat mba niar dengan memakai kerudung coklat sedang duduk di tempat biasa mengarah ke laut lepas. Aku pun menghampirinya, ternyata mba niar menyadari kedatanganku dan menoleh kearahku.
Mba niar mempersilahkan aku duduk, dan menikmati sore yang indah. Pantai losari yang begitu menyejukkan hati.

“Za....maaf ya kalo mba ngeropotin kamu untuk datang kesini” mba niar membuka pembicaraan.
“gak kok mba...malahan saya senang bisa menemani mba disini lagi seperti kemarin” kataku sambil tersenyum ke arahnya. Kami kembali terdiam. Pandangan mba niar menuju hamparan laut pantai losari.
“Empat bulan yang lalu mba menikah dengan seorang laki-laki yang baik dan lembut, kami gak pacaran, kedua orangtua kami menjodohkan kami berdua” kata mba niar, seketika memecah keheningan diantara kami berdua.
“Suamiku berprofesi sebagai polisi kelautan, tiga bulan yang lalu ia berangkat dinas berlayar....zahra mau tau alasan kenapa mba selalu berada disini?”
“Iya mba...kalo boleh saya tau sih” kataku dengan tersenyum pada mba niar.
“Sebelum suamiku berangkat, suamiku berpesan akan pulang sebulan kemudian dan ia menyuruhku menunggunya di tempat ini, karena disini kami melewati masa pernikahan kami dengan bahagia, disini kali pertama mba makan malam, makan gado-gado dengan seorang laki-laki yang selalu membuatku nyaman dan mengubah hidupku menjadi bahagia....mba bersyukur bisa menjadi istrinya”
“suami mba sekarang dimana?” tanyaku,

Belum sempat mba niar menjawab pertanyaanku, aku lihat mata mba niar merah dan mba niar menangis. Airmatanya mengalir, namun pandangannya melihat ke laut lepas.
“Suamiku meninggal dalam kecelakaan kapal laut, ketika suamiku berlayar untuk menjalankan dinas dan sampai saat ini jenazahnya belum ditemukan zah..” tangis mba niar memecah seketika, orang-orang yang berada disekitar anjungan losari menoleh ke arah kami. Aku hanya terdiam, melihat mba niar menangis. Tidak ada kata-kata pun yang mampu ku katakan, aku bisa merasakan bagaimana perasaan mba niar yang ditinggal pergi oleh suaminya, masa pernikahan yang bahagia namun hanya sesaat saja bisa dirasakan.
***
Sudah setahun tak ada kabar berita dari mba niar, nomor mba niar pun tidak aktif, sejak pertemuan terakhir itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan mba niar. Setiap kali ke anjungan pantai losari berharap aku bertemu mba niar disana, namun mba niar tidak pernah lagi berada di anjungan losari yang menyimpan kenangan untuknya.
Entah mba niar berada dimana sekarang, hanya deburan ombak dan angin pantai losari yang sekilas mengingatkanku pada saat kenalan dan mengobrol dengannya. Melihat tangisannya dan merasakan kepedihannya ditinggal oleh suaminya. Aku harap mba niar menemukan kembali kebahagiannya, setidaknya mba niar bisa menerima untuk memulai hidup yang baru lagi.

0 komentar:

Posting Komentar